SUARABMI.COM - Selama ini, faktor ekonomi merupakan faktor utama penyebab musim masyarakat yang begitu tinggi untuk mencari kerja di luar negeri sebagai TKI. Selain duduk kasus kemiskinan dan kesulitan ekonomi yang menghimpit, terbatasnya lapangan kerja juga menjadi alasan.
Hal ini disampaikan oleh Kepala Sub Direktorat (Kasubdit) Kelembagaan Kemnaker Rendra Setiawan SS dalam Sarasehan Migrant Day yang diadakan di Balai Kartini Universitas Ma Chung tadi (20/12).
"Faktor utama yakni ekonomi keluarga," ujarnya.
Ia melanjutkan, masih ada beberapa faktor lain yang ikut menjadi daya dorong masyarakat untuk mencari kerja ke luar negeri. Salah satunya, banyaknya pesaing sarjana yang menyebabkan mereka kalah saing.
"Banyak lulusan SD Sekolah Menengah Pertama tiba ke kota besar mencari pekerjaan di pabrik, mall, dan instansi yang lain itu susah alasannya pesaingnya kebanyakan S1 dan S2. Sehingga kesannya tetapkan menentukan menjadi TKI," pungkasnya.
[ads-post]
Tentunya, selain itu ada faktor perbandingan honor yang menggiurkan. Di luar negeri, tangan kanan rumah tangga dapat digaji hingga empat kali lipat lebih besar dari tangan kanan rumah tangga dalam negeri.
"Bekerja sebagai tangan kanan rumah tangga di Jakarta paling banyak ya dua juta rupiah, tapi bila di Hongkong atau Taiwan hingga 8 juta setengah rupiah," paparnya.
Dengan banyaknya masyarakat yang berminat menjadi TKI, pemerintah memperlihatkan sentra layanan dan jaringan perlindungan, baik itu dari BPJS atau yang lainnya. Untuk diketahui, masyarakat juga dapat mengurus semua dokumennya dalam satu atap yakni Pekerja Migran Indonesia (PMI).
"Kami juga mendirikan sentra terpadu satu atap Pekerja Migran Indonesia (PMI) untuk menyatukan semua layanan pembuatan paspor, KTP, SKCK satu tempat. Kita dapat mengurus semua surat yang dibutuhkan sehingga efektivitas dan hemat biaya," ungkapnya.
Sumber https://www.suarabmi.com
Hal ini disampaikan oleh Kepala Sub Direktorat (Kasubdit) Kelembagaan Kemnaker Rendra Setiawan SS dalam Sarasehan Migrant Day yang diadakan di Balai Kartini Universitas Ma Chung tadi (20/12).
"Faktor utama yakni ekonomi keluarga," ujarnya.
Ia melanjutkan, masih ada beberapa faktor lain yang ikut menjadi daya dorong masyarakat untuk mencari kerja ke luar negeri. Salah satunya, banyaknya pesaing sarjana yang menyebabkan mereka kalah saing.
"Banyak lulusan SD Sekolah Menengah Pertama tiba ke kota besar mencari pekerjaan di pabrik, mall, dan instansi yang lain itu susah alasannya pesaingnya kebanyakan S1 dan S2. Sehingga kesannya tetapkan menentukan menjadi TKI," pungkasnya.
[ads-post]
Tentunya, selain itu ada faktor perbandingan honor yang menggiurkan. Di luar negeri, tangan kanan rumah tangga dapat digaji hingga empat kali lipat lebih besar dari tangan kanan rumah tangga dalam negeri.
"Bekerja sebagai tangan kanan rumah tangga di Jakarta paling banyak ya dua juta rupiah, tapi bila di Hongkong atau Taiwan hingga 8 juta setengah rupiah," paparnya.
Dengan banyaknya masyarakat yang berminat menjadi TKI, pemerintah memperlihatkan sentra layanan dan jaringan perlindungan, baik itu dari BPJS atau yang lainnya. Untuk diketahui, masyarakat juga dapat mengurus semua dokumennya dalam satu atap yakni Pekerja Migran Indonesia (PMI).
"Kami juga mendirikan sentra terpadu satu atap Pekerja Migran Indonesia (PMI) untuk menyatukan semua layanan pembuatan paspor, KTP, SKCK satu tempat. Kita dapat mengurus semua surat yang dibutuhkan sehingga efektivitas dan hemat biaya," ungkapnya.